10 Mei 2023
Daftar Isi :
##!denial-penolakan-1!##
Denial atau Penolakan atau Penyangkalan didalam psikologi adalah mekanisme pertahanan diri (ego) pada awalnya dikonseptualisasikan oleh Freud sebagai penolakan untuk mengakui aspek-aspek yang mengganggu dari realitas eksternal, serta adanya peristiwa psikologis (internal) yang mengganggu, seperti pikiran, ingatan, atau perasaan (Freud 1924/1961, 1925/ 1961).
##!denial-penolakan-2!##
Denial atau Penolakan atau Penyangkalan adalah mekanisme pertahanan diri dimana individu menolak untuk mengakui atau mengakui fakta atau pengalaman objektif. Ini adalah proses tidak sadar yang berfungsi untuk melindungi diri orang tersebut dari ketidaknyamanan atau kecemasan.
Dengan penolakan tersebut individu mengatasi stres dengan tidak mengakui realitas mereka dan / atau konsekuensinya. Hal ini dapat meliputi penolakan umum untuk menerima konsekuensi dari peristiwa tertentu hingga penyangkalan psikotik, di mana bahkan penyangkalan terhadap aspek fisik dari lingkungan terdekat dapat terjadi.
Dalam arti yang lebih luas, penolakan atau penyangkalan dapat mencakup gagasan, membangun fantasi untuk menggantikan penyebab stres, meminimalkan penyebab stres, dan memaksimalkan apa yang dapat membuat seseorang menghilangkan stresor; hal ini membuat beberapa orang mengusulkan bahwa penyangkalan mungkin lebih merupakan kelas pertahanan daripada mekanisme pertahanan tunggal
##!denial-penolakan-3!##
Ada beberapa tanda bahwa seseorang sedang menggunakan Denial (Penolakan) sebagai mekanisme pertahanan. Dilansir dari Talk Space bahwa ada beberapa tanda umum atau melibatkan perilaku; yaitu antara lain adalah :
##!denial-penolakan-31!##
1) Menyalahkan:
Orang yang menolak atau menyangkal sering menyalahkan orang lain atas kesalahan atau perilaku mereka sendiri. Individu mungkin menggunakan penyangkalan sebagai mekanisme pertahanan jika sering menemukan alasan untuk menyalahkan orang lain. Mengambil tanggung jawab atas tindakan sendiri adalah bagian penting dari proses penyembuhan, dan mencoba menghindari menyalahkan orang lain.
##!denial-penolakan-32!##
2) Rasionalisasi:
Adalah umum bagi orang yang menyangkal untuk membuat alasan untuk membenarkan suatu situasi atau perilaku. Alasan-alasan ini dapat diterapkan pada perilaku seseorang atau pada tindakan orang lain.
##!denial-penolakan-33!##
3) Penghindaran:
Penolakan adalah cara untuk menghindari dalam menghadapi masalah atau situasi sulit. Jika individu memiliki kecenderungan untuk mengabaikan masalah dalam hidup, mungkin mereka termasuk kelompk yang cenderung menyangkal.
##!denial-penolakan-35!##
4) Meminimalkan/ Meremehkan :
Beberapa orang yang menyangkal akan mengakui bahwa ada masalah tetapi meremehkan masalah tersebut atau menolak untuk mengakui bahwa itu adalah masalah besar. Meminimalkan/ meremehkan adalah hal biasa bagi mereka yang berjuang melawan kecanduan.
##!denial-penolakan-35!##
5) Penipuan Diri:
Pada akhirnya, penyangkalan sebagian besar adalah masuk dalam kelompok menipu diri sendiri. Saat individu menyangkal, dan mengganti aspek kehidupan dengan kenyataan lain yang mungkin lebih mudah untuk dihadapi; dapat diartikan menipu diri sendiri.
Baca Juga : Tips bagi Pimpinan dalam Mengelola Stress di Tempat Kerja
##!denial-penolakan-4!##
Dampak dari Penolakan melibatkan penghindaran seseorang untuk memikirkan atau memahami kerugian dari perilakunya yang telah menyebabkan diri sendiri atau orang lain, yaitu penolakan konsekuensi. Melakukan hal ini memungkinkan orang tersebut menghindari perasaan bersalah dan dapat mencegahnya mengembangkan penyesalan atau empati terhadap orang lain. Penolakan dampak mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau bahaya dari keputusan yang buruk.
Dalam jangka pendek, penyangkalan terkadang bisa bermanfaat. Ini bisa menjadi cara untuk sementara menghindari emosi yang sulit saat merasa lelah atau kewalahan. Namun, jika gagal mengatasi masalah yang dihindari, maka penolakan atau penyangkalan dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih parah.
Berada dalam posisi penolakan atau penyangkalan juga dapat membuat individu merasa terjebak. Ketika seseorang tetap dalam posisi penolakan atau penyangkalan, mereka tidak memiliki cara untuk bergerak maju. Beberapa masalah bisa menyakitkan untuk diakui, tetapi dalam jangka panjang dengan menghadapi masalah akan selalu lebih baik untuk kesehatan mental dan fisik.
##!denial-penolakan-5!##
Jika individu menganggap bahwa penolakan atau penyangkalan mungkin merupakan mekanisme koping yang dapat mencegah dalam menghadapi masalah, maka sebenarnya ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasinya; yaitu :
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kondisi perilaku penolakan atau penyangkjalan; antara lain
##!denial-penolakan-51!##
1) Tidak Terburu Buru
Seseorang lebih cenderung menggunakan mekanisme pertahanan penolakan atau penyangkalan saat bereaksi dengan cepat. Maka solusinya mencoba untuk memperlambat respon dan pikirkan tentang apa yang akan dikatakan atau dilakukan sebelum bertindak. Terkadang, memberikan kesempatan sementara waktu atau sejenak dan merenung dapat membantu dalam memproses dan mengelola situasi dengan cara yang lebih baik dan sehat.
##!denial-penolakan-52!##
2) Melatih Kesadaran
Meditasi penuh perhatian dapat meningkatkan kesadaran diri dan membuat menjadi lebih nyaman dengan apa yang terjadi saat ini. Studi juga menunjukkan bahwa mindfulness dapat mengurangi stres, yang berarti cenderung tidak beralih ke strategi koping yang tidak sehat seperti penolakan atau penyangkalan. Mindfulness adalah praktik umum ketika yang biasa dilakukan pada terapi perilaku kognitif.
##!denial-penolakan-53!##
3) Gunakan Teknik Grounding
Teknik pentanahan, seperti latihan pernapasan dalam untuk kecemasan dan menamai objek di sekitar, dapat berguna untuk menahan penolakan atau penyangkalan sebagai cara untuk menghadapi berbagai hal. Grounding atau mMembumikan diri sendiri berarti selaras dan berhubungan dengan dunia nyata dan realitas yang ada, sehingga dapat memproses dan menerima hal-hal (bahkan sulit) disaat mengalaminya. Contohnya : melakukan seperti keluar rumah dan berbaring di rerumputan, mengaduk-aduk tanah dengan tangan, meregangkan tubuh, atau menikmati camilan bisa menjadi hal yang membumikan diri sendiri.
##!denial-penolakan-54!##
4) Terbuka
Hindari memendam dan menyangkal apa yang dirasakan, bicarakan emosi diri sendiri dengan orang yang benar-benar dipercayai. Komunikasi yang sehat dan belajar menavigasi percakapan terbuka dengan orang lain akan membuat diri dapat melihat diri sendiri dari perspektif lain.
Referensi :
Baca Juga :