16 Maret 2022
Resiliensi adalah proses adaptasi yang baik dari individu dalam menghadapi kesulitan hidup, individu yang disebut resilien adalah yang mampu menangani kesulitan hidup dan dapat bangkit mebangun kembali hidupnya.
Resiliensi merupakan ketahanan atau kualitas psikologis yang memungkinkan beberapa orang saat mengalami down oleh kesulitan hidup dan merekan kembali bangkit setidaknya sekuat sebelumnya. Mereka memiliki pandangan daripada membiarkan kesulitan merongrong, terjadinya peristiwa traumatis, atau kegagalan yang menguras energi, maka orang yang resilien sangat tangguh dan mampu menemukan cara untuk mengubah arah, menyembuhkan secara emosional, dan terus bergerak menuju tujuan mereka.
Resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan (Reivich & Shatte, 2002). Ketahanan adalah apa yang memberi orang kekuatan psikologis untuk mengatasi stres dan kesulitan (Walker FR, Pfingst K, Carnevali L, Sgoifo A, Nalivaiko E).
Ini adalah sumber kekuatan mental yang dapat dipanggil orang pada saat dibutuhkan untuk membawa mereka melewatinya tanpa berantakan. Psikolog percaya bahwa individu yang tangguh lebih mampu menangani kesulitan dan membangun kembali kehidupan mereka setelah perjuangan.
Ada suatu titik dimana bagi seseorang sangat susah untuk keluar dari problematika masalah yang sedang terjadi. Rasanya bahkan seperti seluruh dunia juga tidak mengharapkan untuk bisa bangkit kembali dari keterpurukan. Resisliensi; bagaimanapun harus tetap bangki, harus bertahan, sekalipun seluruh dunia menyerang, pasti ada jalan keluarnya.
Para psikolog telah mengidentifikasi beberapa faktor yang tampaknya membuat seseorang lebih tangguh atau resilien, seperti sikap positif, optimisme, kemampuan untuk mengatur emosi, dan kemampuan untuk melihat kegagalan sebagai bentuk umpan balik yang bermanfaat.
Optimisme, misalnya, telah terbukti membantu melawan dampak stres pada pikiran dan tubuh, dalam menghadapi pengalaman hidup yang menyakitkan. Kondisi ini dapat membangun sumber daya kognitif yang baik, memungkinkan aktifitas analisis berkepala dingin terhadap permasalahannya yang mungkin saja selama ini salah; dan kemudian mempertimbangkan jalan keluar yang mungkin lebih baik dan produktif.
Aspek aspek lainnya dari resiliensi masih dalam penelitian; dimungkinkan adanya kecenderungan genetik dan pembentukan dari lingkungan, misalnya; lingkungan awal dan keadaan kehidupan selama ini yang berperan dalam bagaimana seseorang menjadi sangat ulet dan survival.
Melewati kehidupan yang pahit dan kekecewaan tanpa membiarkannya menjadi kondisi yang luar biasa; tidak selalu mudah bagi siapa pun. Tetapi para psikolog telah mulai menemukan hal hal yang dilakukan orang-orang yang lebih tangguh untuk melanjutkan hidup secara emosional dan mental yang baik setelah kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, penyakit kronis atau akut, atau kehidupan pahit lainnya.
1) Menetapkan Tujuan Hidup
Menetapkan tujuan hidup, menemukan tujuan hidup mampu membangkitkan harapan-harapan serta energi positif dalam diri. Pelajari lebih detail perihal potensi diri dan sinergikan dengan tujuan hidup. Kembangkan beberapa tujuan hidup yang realistis, kemudian lakukan sesuatu secara teratur walaupun pencapaian kecil namun yang terpenting adalah bergerak maju menuju tujuan hidup. Daripada fokus pada permasalahan yang tampaknya tidak dapat diselesaikan, maka lebih baik tanyakan pada diri sendiri, apa yang telah dilakukan dan dicapai untuk meraih tujuan hidup.
2) Membangun Koneksi
Hubungan baik dengan anggota keluarga dekat, teman, atau orang lain itu penting dan dapat membuat rasa nyaman, serta memotivasi untuk lebih tangguh. Menerima bantuan dan dukungan dari yang peduli, akan memperkuat ketahanan dan ketangguhan dalam menghadapi kesulitan. Beberapa orang menemukan bahwa aktif dalam kelompok komunitas, organisasi, atau kelompok lainnya dapat memberikan dukungan sosial dan dapat membantu memperoleh kembali harapan. Demikian juga dengan membantu orang lain pada saat mereka membutuhkan juga dapat bermanfaat memberikan motivasi pada diri sendiri; bahwa ternyata tidak sendirian yang mengalami problematika dan kesulitan.
3) Membangun Ketahanan dengan Pola Pikir Positif
Kembangkan pandangan positif tentang diri sendiri, mengembangkan kepercayaan pada kemampuan diri untuk memecahkan masalah dan mempercayai naluri diri sendiri akan membantu dalam membangun ketahanan. Segeralah bangun kebiasaan pola pikir yang positif dan sehat untuk menyeimbangkan kekuatan jiwa raga dalam membangun resiliensi.
Jauhkan hal-hal dalam perspektif yang tidak semestinya, bahkan disaat menghadapi peristiwa yang sangat menyakitkan, cobalah untuk mempertimbangkan situasi stres dalam konteks yang lebih luas dan tetap memiliki perspektif jangka panjang.
4) Hadapi dengan Lebih Rileks
Perhatikan kebutuhan dan perasaan diri sendiri; berupayalah untuk memenuhinya. Segera beraktifitas dalam kegiatan yang dapat nikmati dan temukan perasaan rileks. Berolahraga secara teratur dan merawat diri sendiri dapat membantu menjaga pikiran dan tubuh tetap prima untuk menghadapi situasi yang membutuhkan ketahanan.
Ada berbagai cara yang dilakukan orang orang yang dianggap resilien dalam menghadapi dan melewati berbagai problematika dan kesuitan hidup; misalnya : meditasi, mencurahkan perasaannya pada seseorang yang dipercaya, lebih ikhlas dalam menerima kenyataan, lebih mendekatkan diri pada Tuhan YME, dll.
Referensi :
Resilience; Psychology Today
Baca Juga :