10 November 2023
Daftar Isi :
##!positive-parenting-1!##
Berbeda dengan pola asuh lainnya; misalnya : otoriter, yang menaruh ekspektasi tinggi pada anak-anak yang kurang tanggap, atau pola asuh yang tidak terlibat, dimana hanya ada sedikit pengasuhan atau bimbingan, pola asuh positif adalah pendekatan berbasis empati yang melibatkan seperti dorongan (motivasi) dan pemecahan masalah; bukan berteriak, permusuhan, mempermalukan, menjelekkan kelakuannya atau memanfaatkan imbalan.
Penelitian menemukan bahwa jika orang tua terus-menerus membentak atau mengomel, mereka biasanya akan merasa frustrasi, marah, dan kemudian merasa bersalah setelahnya. Anak-anak, pada gilirannya, mungkin juga merasa frustrasi dan marah, dan kemudian berperilaku buruk. Hal ini karena anak merasa tidak ada tempat untuk berlindung; mengadukan permasalahan; dll.
Positive Parenting (Pola Asuh Positif) tidak menggunakan hukuman keras untuk memperbaiki perilaku bermasalah atau tidak sesuai dengan norma norma. Namun sebaliknya, orangtua secara proaktif memenuhi kebutuhan emosional anak-anak melalui interaksi positif, membimbing, mengarahakan dengan baik, memotivasi, memberikan pengharagaan; yang ternyata kemudian dapat mencegah terjadinya perilaku buruk pada anak di kemudian hari.
##!positive-parenting-2!##
Positive Parenting (Pola Asuh Positif) adalah prinsip pengasuhan yang mengasumsikan anak dilahirkan baik dan mempunyai keinginan untuk melakukan hal yang benar. Ini menekankan pentingnya saling menghormati dan menggunakan cara-cara positif untuk mendisiplinkan. Pendekatan pengasuhan positif berfokus pada mengajarkan perilaku yang baik di masa depan, bukannya menghukum perilaku buruk di masa lalu.
Positive Parenting (Pola Asuh Positif) adalah hubungan berkesinambungan antara orang tua dan anak atau anak yang mencakup pengasuhan, pengajaran, kepemimpinan, komunikasi, dan penyediaan kebutuhan anak secara konsisten dan tanpa syarat (Seay et al., 2014, hal. 207).
Pola asuh yang positif bisa menjadi pendekatan yang ampuh. Salah satu idenya adalah untuk fokus pada kekuatan anak daripada mencoba memperbaiki kelemahannya dan menghukum mereka jika tidak bisa memperbaikinya. Sehingga sebagian orang menyebutnya sebagai pola asuh berbasis kekuatan.
Awal mula pola asuh positif berasal dari karya psikolog Austria Alfred Alder pada tahun 1900-an. Beliau percaya bahwa anak-anak memiliki kebutuhan nyata untuk merasa terhubung dengan orang-orang di sekitar mereka. Ketika mereka berada dalam lingkungan yang responsif dan interaktif, mereka berkembang dan kecil kemungkinannya untuk bermain-main.
Baca Juga : Binge Eating Disorder - Gangguan Pola Makan
##!positive-parenting-3!##
##!positive-parenting-31!##
1) Mendorong Perilaku Positif
meningkatkan perkembangan sosial-emosional dan mengurangi perilaku mengganggu, misalnya : masalah perhatian, hiperaktif, agresi, gangguan pemisahan dan masalah eksternalisasi
##!positive-parenting-32!##
2) Kompetensi Sosial yang Lebih Baik
Anak-anak yang orangtuanya positif memiliki keterampilan pemecahan masalah sosial dan efikasi diri sosial yang lebih baik. Mereka lebih mampu menyesuaikan diri dan memiliki rasa percaya diri yang positif.
##!positive-parenting-33!##
3) Peningkatan Motivasi Berprestasi
Penyesuaian sekolah yang lebih baik pada anak-anak. Peningkatan motivasi di kalangan bayi Internalisasi yang lebih tinggi pada balita. Fungsi psikososial yang lebih baik di kalangan remaja.
##!positive-parenting-34!##
4) Mengurangi Terjadinya Konflik
Mengurangi konflik dan stres keluarga; berkurangnya masalah perilaku dan gangguan tingkah laku pada anak-anak; peningkatan kohesi keluarga, komunikasi, dan organisasi; peningkatan ketahanan pada anak-anak dan orang tua.
##!positive-parenting-35!##
5) Dampak Positif
Banyak dampak positif di kalangan anak-anak dan remaja; seperti peningkatan kepatuhan, kemampuan kognitif yang lebih besar, kesiapan sekolah yang lebih baik, sikap negatif yang lebih sedikit, kemauan yang lebih besar untuk mencoba hal-hal baru, perkembangan kognitif dan sosial yang lebih baik, perkembangan bahasa yang lebih baik, keterampilan percakapan yang lebih baik, dan perilaku antisosial yang lebih sedikit.
##!positive-parenting-4!##
Pendekatan pengasuhan positif mungkin sedikit berbeda tetapi pemikiran utamanya adalah menekankan interaksi positif. Orangtua harus mengenali, menghargai, dan memperkuat perilaku dan dorongan positif. Orangtua hendaknya menunjukkan empati dan menawarkan kehangatan dan dukungan; juga menciptakan lingkungan yang memudahkan anak untuk berperilaku kooperatif dan konstruktif.
##!positive-parenting-41!##
1) Memahami Perasaan & Pikiran Anak
Bersimpatilah dengan perasaan anak. Pikiran dan perilaku mereka mungkin tampak tidak rasional atau bahkan nakal di mata kita. Namun di dalam hati mereka mencoba memahami pengalaman dunia dan kebutuhan mereka. Jika orangtua dapat meluangkan waktu untuk memahaminya, maka akan bisa membantu mereka.
##!positive-parenting-42!##
2) Pergoki Anak Ketika Berperilaku Baik
Pergoki anak saat berperilaku baik; saat sedang makan makanan sehat, saat sedang bangun pagi; dll. Perilaku baik tidak boleh dianggap sepele; pastikan untuk memujinya karena melakukannya dengan baik dan tetap pada jalurnya. Bukti menunjukkan bahwa anak kecil sangat responsif terhadap pujian. Menghargai mereka, bahkan dengan ucapan bagus yang sederhana, telah terbukti mengurangi masalah perilaku di kemudian hari.
##!positive-parenting-43!##
3) Mengalihkan Perhatian Perilaku Buruk
Bagi anak dan balita; pola asuh positif berarti mengalihkan perhatian anak dari perilaku buruk atau tidak diinginkan terjadap perilaku yang lebih baik. Orangtua dapat mencoba mencegah konflik apa pun dengan mengantisipasi apa yang mungkin terjadi. Orangtua harus dapat menggunakan teknik mengalihkan perhatian sebelum hal itu terjadi. Misalnya jika balita mencoba mencuri mainan saudaranya atau temannya; maka ajak mereka atau mencari mainan untuk mengalihkan perhatian mereka. Jika balita mencoba untuk mencoret coret dinding dengan pensil; maka berikan kertas dan tunjukkan untuk mencoretkan pensilnya dikertas tersebut.
##!positive-parenting-44!##
4) Orangtua Sebagai Tempat Mengadu
Orangtua harus tetap bersama anak (ada dipihaknya). Anda tidak harus setuju dengan tuntutan atau perilaku mereka, tetapi tanyakan sudut pandang mereka dan berikan pendapat yang adil. Anda dapat menunjukkan hal ini kepada mereka dengan bertukar pikiran secara adil, penuh empati, dan konstruktif. Kemudian Anda dapat membantu mereka menemukan solusi positif terhadap masalah mereka. Pikirkan tentang bagaimana Anda ingin diwakili dan diperlakukan. Jadilah sekutu mereka.
##!positive-parenting-45!##
5) Luangkan Waktu Bersama Anak
Orangtua mungkin sibuk dengan pekerjaan rumah dan mencari nafkah; luangkan waktu untuk anak. Namun membaca dengan suara keras, melakukan percakapan, dan bermain dengan anak adalah fundamenrtal dalam mengasuh anak secara positif. Dorong interaksi positif ini bersama-sama. Turun ke level mereka dan jadilah anak-anak; bergabung bersama mereka. Dan bersikaplah terbuka sehingga mereka akan mendatangi orangtua ketika ada sesuatu yang salah atau mereka sedang kesal. Mendengarkan mereka sejak usia muda akan membentuk pola hidup yang positif.
##!positive-parenting-46!##
6) Jangan Tunjukkan Sedih, Lelah, Marah, Tertekan
Masuk akal jika orangtua marah, sedih, lelah, tertekan dalam keseharian mengasuh anak. Tetapi bayi, balita atau anak bisa merasakan emosi lain seperti stres sejak usia muda. Stres dan ketegangan hubungan Orangtua membuat mereka stres juga. Jadi, menjauhlah untuk menarik napas dalam-dalam, atau mintalah dukungan keluarga atau teman jika emosi sedang memuncak.
Referensi :
Baca Juga :