24 November 2020
Social Anxiety Disorder, Gangguan Kecemasan Sosial atau Fobia Sosial didefinisikan sebagai ketakutan yang terus-menerus dan luar biasa terhadap situasi sosial, Fobia Sosial atau Anxiety Disorder ini merupakan salah satu jenis fobia yang ditandai dengan rasa cemas atau takut berlebihan saat berinteraksi dengan orang orang disekitar. Jika tidak ditangani, fobia sosial bisa berdampak pada terganggunya aktifitas sehari hari dan kualitas hidup penderitanya.
Manusia adalah makhluk sosial. Berinteraksi dengan orang lain menjadi salah satu hal yang paling mendasar untuk dilakukan oleh setiap manusia. Namun, pada sebagian orang, rasa takut dan cemas berlebihan dapat dialami saat seseorang harus berinteraksi atau berada di tengah keramaian. Kondisi inilah yang disebut fobia sosial. Pada dasarnya, rasa cemas adalah suatu emosi yang wajar dirasakan oleh manusia.
Biasanya, kita merasa cemas saat dihadapkan dengan sesuatu yang mendebarkan, seperti wawancara kerja, ujian, ataupun saat harus mengambil keputusan penting. Rasa cemas yang wajar biasanya akan hilang ketika faktor pemicu kecemasannya hilang atau sudah dilewati. Jika rasa cemas datang secara terus menerus, dan sulit dikendalikan, bisa jadi itu adalah Social Anxiety Disorder. Namun, hal ini tidak bisa kita diagnosis secara mandiri. Justru, jika melakukan diagnosisnya secara mandiri, bahkan bisa timbul masalah baru yang mengancam kesehatan mental.
1) Gejala Fisik
2) Gejala Perilaku
3) Gejala Kognitif
Sudah menjadi pengetahuan umum selama beberapa dekade bahwa kondisi mental kita memengaruhi bagian dalam kita: kecemasan dapat menyebabkan mual atau diare; depresi bisa membuat kita kehilangan (atau mendapatkan) nafsu makan.
Sekarang, bagaimanapun, menjadi semakin jelas bahwa jalur dari otak ke pikiran adalah jalan dua arah. Tidak hanya perasaan kita yang memengaruhi saluran pencernaan kita, tetapi triliunan bakteri di saluran pencernaan kita dapat menentukan perasaan kita.
Pada saat seseorang merasa cemas dan stres, otak membanjiri sistem saraf dengan hormon dan bahan kimia yang dirancang untuk membantu kamu merespons ancaman, adrenalin, dan kortisol. Pelepasan hormon stres yang terlalu tinggi dan bersifat terus menerus dapat mebahayakan bagi kesehatan fisik jangka panjang.
1) Faktor Genetik
Jika ada orangtua atau kerabat sedarah yang mengalami fobia sosial, risiko seseorang mengalami fobia sosial juga semakin meningkat.
2) Faktor Lingkungan
Seseorang yang berada dalam keluarga terlalu protektif atau mengalami kekerasan bisa memicu fobia sosial. Pengalaman buruk seperti perundungan atau pelebehan sosial dapat memicunya.
3) Penumpukkan Stress
Kejadian berat yang terjadi terus menerus, seperi stress dalam pekerjaan atau akademik dapat memicu fobia sosial.
4) Struktur Otak
Studi tentang aliran darah di otak yang diterbitkan pada tahun 2001; menemukan bahwa orang dengan fobia sosial mengalamii peningkatan aliran darah di daerah amigdala. bagian dari sistem limbik yang terkait dengan rasa takut.
5) Penggunaan obat obatan.
Konsumsi narkoba dan alkohol dapat meningkatkan risiko seseorang terkena fobia sosial juga dapat memperparah gejala penderitanya.
1) Cari Bantuan Sedini Mungkin
Jika memungkinkan, carilah bantuan dari ahli, psikolog atau psikiater. Mereka dapat membantu mencegah keadaan bertambah buruk. Jika mencari bantuan profesional tidak memungkinkan, maka bisa dilakukan dengan mengajak bicara teman yang dianggap dapat dipercaya dan mau mendengarkan.
2) Aktif Produktif
Carilah kegiatan yang dapat membuat produktif secara berkala agar dapat terhindar dari pikiran negatif. Berpartisipasi dan terlibat aktif dalam sebuah kelompok kecil juga dapat meningkatkan kesehatan mental.
3), Tingkatkan Pola Hidup Sehat
Ubah pola hidup menjadi lebih baik dengan menghindari konsumsi alkohol dan obat obatan, olahraga secara teratur, serta menjaga pola makan yang sehat. Diagnosa terhadap diri sendiri tidak disarankan, apalagi hanya dengan membaca dari sumber yang tidak terpercaya sampai asal menyimpulkan.
Gangguan Kecemasan Sosial atau Fobia Sosial merupakan salah satu jenis kelainan yang banyak terjadi di masyarakat, namun jarang terdiagnosis sehingga hampir tidak pernah diberikan terapi. Salah satu terapi yang terbukti efektif mengatasi gangguan kecemasan sosial adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT).
Baca Juga :