30 Juli 2024
Ada berbagai macam hal yang harus dilakukan oleh orangtua untuk mempersiapkan Pendidikan anak. Berikut beberapa hal yang diperlu diketahui oleh orangtua untuk mempersiapkan Pendidikan anak prasekolah, antara lain :
Kurikulum dibuat untuk mencantumkan segala sesuatu yang akan dilakukan untuk mendidik anak prasekolah yang berhubungan dengan pendidikan. Ada beberapa bentuk kurikulum, yaitu:
1) Kurikulum yang sifatnya terpisah-pisah.
Pada bentuk kurikulum ini setiap mata pelajaran memiliki kurikulum sendiri-sendiri yang tidak berkaitan dengan pelajaran lain. Keunggulan kurikulum bentuk ini adalah mudahnya menyusun kurikulum karena tidak perlu dikaitkan dengan mata pelajaran lain.
2) Kurikulum yang saling berkaitan.
Dalam bentuk kurikulum ini ada keterkaitan antara dua mata pelajaran sehingga siswa dapat melihat hubungan antara kedua mata pelajaran. Siswa dapat mengintegrasikan keduanya, namun tetap mempelajarinya secara terpisah.
3) Kurikulum yang terintegrasikan.
Siswa bisa mendapatkan pengalaman luas melalui bentuk kurikulum ini. Hal ini disebabkan oleh model kurikulum ini membuat satu mata pelajaran berkaitan dengan mata pelajaran-mata pelajaran lainnya secara keseluruhan. Dengan demikian, seluruh mata pelajaran-mata pelajaran tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Walaupun menawarkan keuntungan yang besar, bentuk kurikulum seperti ini agak sulit untuk dirancang oleh guru.
Selain itu, dalam merancang kurikulum, guru dapat memilih bagaimana mengorganisasi pengalaman belajar. Pendekatan yang paling sering digunakan untuk anak yang masih kecil adalah pendekatan fakta dan keterampilan. Ada beberapa tipe organisasi kurikulum yang dapat digunakan.
Ada berbagai macam jenis program pendidikan anak prasekolah. Jenis-jenisnya, yaitu:
1) Tempat Penitipan Anak (TPA).
TPA adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja orangtua. Perlu ditekankan bahwa TPA hanya sebagai pelengkap pengasuhan orangtua, bukan sebagai pengganti pengasuhan orangtua. Ada beberapa alasan mengapa orangtua menitipkan anaknya ke TPA.
2) Pusat Pengembangan Anak yang Terintegrasi. Pusat ini memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan anak, yaitu dengan mengombinasikan sarana pendidikan prasekolah dengan pemberian gizi, kesehatan dan kadang-kadang dengan sarana yang lain. Dampak dari program ini adalah menekan angka kematian bayi, kekurangan gizi, dan angka anak sekolah dasar yang tidak naik kelas.
3) Pusat Kesehatan atau Gizi. Pelayanan bentuk ini menekankan pada kesehatan yang meliputi kesehatan ibu mengandung atau kesehatan janin, yang berarti memantau perkembangan anak sejak berada di kandungan. Pelayanan seperti ini di Indonesia biasa disebut Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu.
4) Pendidikan Ibu dengan Anak Prasekolah. Penyelenggaraan sarana pendidikan ini sebenarnya berdasar pada prinsip pendidikan orang dewasa yang biasanya berpendidikan dan status ekonominya kurang menguntungkan.
Bermain dalam latar sekolah dapat dibagi menjadi tiga, bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan bermain yang diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain di mana anak-anak bebas untuk menggunakan alat apa pun dan bebas memilih cara memainkannya. Sedangkan bermain dengan bimbingan berarti guru memilih suatu alat bermain dan anak diharapkan dapat menggunakan alat tersebut untuk memahami suatu konsep. Terakhir, bermain yang diarahkan berarti guru mengajarkan cara untuk menggunakan/bermain permainan tertentu. Bermain dapat memberikan gambaran perkembangan dan kemampuan umum anak. Beberapa bentuk bermain, yaitu:
1) Bermain sosial.
Ada beberapa jenis dalam jenis bermain sosial, yaitu:
- Bermain sendiri. Anak bermain tanpa menghiraukan apa yang anak lain mainkan. Misalnya ia menyusun balok sendiri jadi Menara
- Bermain hanya sebagai penonton. Anak bermain sendiri sambil melihat anak lain bermain.
- Bermain Paralel. Sekelompok anak memainkan alat permainan yang sama, namun memainkannya secara sendiri-sendiri. Apa yang mereka lakukan/mainkan tidak tergantung anak lain.
- Bermain asosiatif. Sekelompok anak bermain bersama, tetapi tidak ada aturan tetap.
- Bermain kooperatif. Sekelompok anak bermain bersama guna mencapai satu tujuan. Di sini, setiap anak memiliki perannya masing-masing.
2) Bermain dengan benda. Ada beberapa tipe bermain dengan objek, yaitu bermain praktis, bermain simbolik, dan bermain dengan peraturan-peraturan.
- Bermain praktis. Bermain praktis adalah bermain di mana anak melakukan berbagai kemungkinan mengeksplorasi objek yang dipergunakan.
- Bermain simbolik. Dalam bermain simbolik, anak bermain menggunakan imajinasinya. Contohnya ketika ia menggunakan balok untuk menjadi pagar sebuah rumah-rumahan.
- Bermain dengan peraturan. Anak diminta untuk memainkan suatu alat permainan dengan aturan/ cara tertentu. Bentuk permainan ini membutuhkan kematangan kognitif anak.
3) Bermain sosio-dramatik.
Bermain tipe ini sangat penting dalam mengembangkan kreativitas, perkembangan intelektual, dan keterampilan sosial. Ada beberapa jenis permainan sosio-dramatik, yaitu:
- Bermain dengan melakukan imitasi. Anak bermain dengan menirukan peran orang di sekitarnya. Seperti berbicara dengan cara yang sama.
- Bermain dengan pura-pura menjadi suatu objek. Contohnya anak menirukan menjadi suatu mobil.
- Bermain peran dengan menirukan gerakan. Contohnya bermain menjadi guru-murid/dokter-pasien.
- Bermain dengan terus-terusan. Anak bermain dengan tekun dengan setidaknya 10 menit.
- Bermain dengan interaksi. Anak bermain dengan paling sedikit ada dua orang dalam satu adegan.
Lingkungan fisik meliputi ruang kelas dan isinya serta area di luar ruang. Semuanya merupakan latar belakang kegiatan belajar anak. Lingkungan fisik anak akan mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain lingkungan fisik, terdapat lingkungan sosial. Guru harus dapat menciptakan lingkungan sosial yang sedemikian rupa sehingga lingkungan fisik yang ada dapat berfungsi secara optimal.
Ada beberapa teknik untuk mengembangkan keterampilan sosial anak, yaitu dihubungkan dengan disiplin, kontrol diri, pengembangan konsep diri. Selain itu, bekerja sama antarstaf, baik direktur, pegawai tata usaha, guru, dan petugas lain sangat membantu keberhasilan pendidikan anak. Hal yang dapat membantu perkembangan pendidikan anak adalah kunjungan singkat ke luar sekolah. Kunjungan dapat meningkatkan pengalaman anak dan mengembangkan perkembangan kognitif anak.
Baik orangtua maupun guru sering kali tidak memiliki pandangan yang sama terhadap pendidikan, khususnya dalam mendisiplin, hubungan antara anak dan orang dewasa, anak laki- laki dan perempuan, atau budayanya. Proses pendidikan akan lebih berhasil jika orangtua ikut andil dalam proses tersebut.
Ada tiga kemungkinan keterlibatan orangtua, yaitu:
1) Orientasi Pada Tugas : Orientasi ini paling sering digunakan oleh pihak sekolah. Bentuk nyata dari orientasi ini adalah membantu jalannya program sekolah, menjadi komite, mengumpulkan dana, ikut menjadi pengawas saat kunjungan keluar sekolah, dan membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
2) Orientasi Pada Proses : Pada orientasi ini partisipasi orangtua didorong untuk mau berpartisipasi dalam proses pendidikan, seperti perencanaan kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru, dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan.
3) Orientasi Pada Perkembangan : Orientasi ini membantu para orangtua untuk membantu perkembangan anak dalam latar pendidikan. Perkembangan termasuk perkembangan kognitif, afektif, fisik, emosi, dan psikososial.
Ada juga beberapa kiat keberhasilan guru dalam bekerja sama dengan para orangtua, yaitu:
1) Tidak membeda-bedakan para orangtua dan selalu menghargai mereka.
2) Mendengarkan apa yang dikatakan orangtua dan memahami bahwa pandangan atau kepercayaan mereka berbeda. Memahami latar belakang budaya dan nilai-nilai yang dianut dapat membantu dalam memperlancar komunikasi.
3) Jika mengatur pertemuan dengan orangtua, rencanakan hal tersebut dari jauh-jauh hari mengingat kesibukan orangtua murid yang berbeda-beda.
4) Lakukan kunjungan ke rumah jika disetujui orangtua.
5) Minta orangtua untuk datang ke sekolah tanpa harus melakukan perjanjian sebelumnya.
6) Memberi masukan untuk orangtua bagaimana membantu anak belajar.
Penulis : Dra. Sugiarti, M.Kes., Psikolog
Referensi