Logo Insan-Q
  • Pencarian
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Insan-Q
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Profil Psikolog
    • Kode Etik Psikologi Indonesia
    • Download Company Profile
    • Buku Tamu Kehadiran
    • TOS & Privacy Policy
    • Sitemap
  • Layanan
    • Konseling
    • Konseling Online
    • Asesmen Psikologi
    • Psikotest Online
    • Employee Assistance Program
    • Psikoterapi
    • Seminar & Training
    • Online Seminar & Training
    • Paket Layanan
    • Sarana & Fasilitas
  • Media
    • Berita
    • Artikel
    • Channel Video
    • Galeri Foto
    • Buku & Cetakan
    • Pelanggan & Mitra
  • Kontak
  • Registrasi

21 Juli 2020

Mengapa Individu Cenderung Mengikuti Pendapat dari Mayoritas Anggota Kelompok?

Mengapa Individu Cenderung Mengikuti Pendapat dari Mayoritas Anggota Kelompok?

Apakah Anda termasuk salah satu orang yang menyukai merk android? Namun, setelah melihat teman-teman disekitar menggunakan iphone, Anda malah mengurungkan niat untuk membeli android dan akhirnya membeli iphone? Atau pernahkah Anda merasa kurang yakin dengan pendapat sendiri sehingga akhirnya mengikuti mayoritas pendapat orang lain agar tidak dianggap berbeda?

Kejadian tersebut dapat disebut sebagai perilaku conformity atau konformitas yang memiliki arti kecenderungan seseorang untuk mengubah persepsi, pendapat dan perilaku sesuai dengan norma yang berlaku dalam suatu kelompok. 

Pada tahun 1951, Solomon Asch membuat suatu eksperimen. Ia menguji bagaimana tingkat keyakinan seseorang terhadap pendapatnya sendiri dapat mempengaruhi keyakinan pendapat dalam diri orang lain. Asch mengundang 7 orang peserta, dimana 6 orang peserta didalamnya telah diberikan instruksi untuk mengecoh satu peserta yang tidak diberi instruksi. Peserta tersebut diminta untuk duduk kursi paling ujung. Penguji kemudian menjelaskan kepada ketujuh peserta bahwa ia ingin mencari tahu kemampuan membedakan gambar mereka. Penguji menunjukkan 2 gambar, dimana gambar pertama adalah satu buah garis dan gambar kedua adalah tiga buah garis (A, B, C) yang panjangnya berbeda-beda. Lalu, penguji meminta masing-masing peserta menyebutkan garis mana (A, B atau C) di gambar kedua yang panjangnya sama dengan garis yang ada di gambar pertama. 

Peserta ketujuh yang tidak diberikan instruksi mendapat giliran menjawab paling terakhir. Saat jawaban diberikan oleh keenam peserta yang telah diminta untuk mengecoh, mereka semua memberikan jawaban yang salah (garis C). Mendengar jawaban dari keenam peserta sebelumnya, peserta ketujuh mulai mempertanyakan jawabannya sendiri (garis A), meskipun itu jelas-jelas merupakan jawaban yang tepat. 

Jadi, sebenarnya apa sih yang menyebabkan individu melakukan konformitas? Terdapat dua sumber yang mendorong seseorang menjadi konformis, yaitu kebutuhan untuk menjadi benar dan juga adanya perasaan takut apabila dikucilkan karena perbedaan kita. Berikut penjelasan mengenai kedua sumber tersebut:

  1. A Need to be Right (Kebutuhan untuk menjadi benar)
    Adanya kepercayaan seseorang bahwa pilihan orang lain benar sehingga mendorong dirinya menjadi konformis (informational influence). Jadi, seseorang melakukan konformitas karena dirinya ingin membuat penilaian realitas yang tepat. Selain itu, ada anggapan dalam dirinya bahwa ketika orang lain menyetujui suatu pilihan, maka pilihan mereka pasti benar.
    Ketika individu tidak yakin akan suatu pilihan, cara paling efektif untuk mengatasinya adalah dengan mengikuti keputusan atau pilihan kelompok. Contohnya, dalam acara kuis televisi Who Wants to be a Millionaire, peserta yang tidak yakin dengan jawabannya diberikan pilihan bantuan Call Friend (Telepon teman yang dipercaya bisa menjawab dengan benar) atau Polling Studio Audience (Penonton diberikan kesempatan voting untuk menunjukkan mayoritas jawaban bagi peserta kuis).
  2. A Fear of Ostracism (Perasaan takut apabila dikucilkan karena perbedaan)
    Adanya dampak negatif yang dirasakan oleh seseorang ketika ia berbeda atau menyimpang dari kelompoknya sehingga menyebabkan munculnya perilaku konformitas (normative influence). Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa individu yang menyimpang dari norma suatu kelompok cenderung menerima penolakan dan pengecualian, sehingga hal tersebut menjadi tekanan dalam diri beberapa orang.

Dari dua sumber perilaku konformitas di atas, muncul dua tipe konformitas yang berbeda, yaitu konformitas privat dan konformitas publik.

  1. Konformitas Privat
    Sering juga disebut sebagai true acceptance karena adanya perubahan perilaku dan cara berpikir secara mendalam yang diakibatkan oleh pengaruh dari orang lain. Konformitas tipe ini bersumber dari a need to be right, sehingga seseorang harus benar-benar yakin bahwa pihak lain dalam kelompok tersebut memiliki pemikiran, pendapat atau perilaku yang benar.
  2. Konformitas Publik
    Sering disebut sebagai compliance karena hanya melibatkan perubahan perilaku yang tingkatannya tidak mendalam. Contoh yang sering terlihat adalah ketika seseorang berpura-pura setuju padahal ia sendiri memiliki pendapat, pemikiran atau perilaku yang bertentangan dengan hal yang ia setujui tersebut. Sumber dari konformitas tipe ini adalah dari a fear of ostracism.

Nah, setelah mendapat penjelasan mengenai pengertian, sumber, dan tipe dari perilaku konformitas, apakah Anda lebih memahami perilaku konformis Anda sendiri? Apakah Anda sering melakukan private conformity yang bersumber dari a need to be right atau hanya sekadar public conformity yang bersumber dari a fear of ostracism?

Referensi :

Cialdini, R. B., & Goldstein, N. J. (2004). Social influence: Compliance and conformity. Annu. Rev. Psychol., 55, 591-621.

Kassin, L., Fein, S., & Markus, H R. (2013). Social Psychology. Canada: Jon-David Hague.


Baca Juga :

  1. 6 Tanda Hubungan Pernikahan Anda Sedang Bermasalah (Bagian Kedua)
  2. Memahami Konsep Kompetensi bagi Unjuk Kerja, dan Kinerja

Artikel Lain

Mengenal tentang Strategi Coping dalam Mengatasi Stress

24 Mei 2022

Mengenal tentang Strategi Coping dalam Mengatasi Stress
Psikoterapi, Pengertian dan Perbedaannya dg Konseling

10 Mei 2022

Psikoterapi, Pengertian dan Perbedaannya dg Konseling
Mengenal tentang Psychological First Aid (PFA)

09 Mei 2022

Mengenal tentang Psychological First Aid (PFA)
Logo Insan-Q

Insan-Q
Ruko Bonakarta Blok A No 30, Cilegon, Banten 42414

+62 254 386720
+62 821-2448-8437
+62 878-7135-3987

© 2020 Insan-Q