08 Pebruari 2021
Daftar Isi :
Perfeksionisme merupakan suatu kepribadian yang ditandai dengan berusaha menuju kesempurnaan, menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi, bersikap sangat kritis terhadap perilaku dan sering berfokus pada evaluasi eksternal yang memotivasi mereka untuk mencapai dan mempertahankan standar tinggi untuk mengurangi ketidakpuasan.
##!perfeksionis-1!##
Orang yang memiliki kecenderungan perfeksionis sering bekerja seorang diri secara berlebihan karena tidak percaya dengan hasil dari pekerjaan orang lain dan menghindari pengalaman baru karena takut melakukan kesalahan dan kegagalan. Kegagalan dalam mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat membuat perfeksionis merasa tidak berharga. Ketakutan lain yang dihadapi oleh perfeksionis adalah penolakan dari lingkungan sekitar. Perfeksionis meyakini jika orang lain mengetahui kekurangannya, mereka tidak akan menerima dirinya dan dirinya akan merasa sakit karena disalahkan, dihakimi, dan malu.
Perfeksionisme sering kali dilihat sebagai sifat positif yang meningkatkan peluang untuk sukses, tetapi sesungguhnya tanpa disadari perfeksionisme ini dapat menyebabkan pikiran atau perilaku yang merusak diri sendiri yang membuat lebih sulit mencapai tujuan. Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Perfeksionisme tidak sama dengan berusaha untuk menjadi yang terbaik. Kesempurnaan bukanlah tentang pencapaian dan pertumbuhan yang sehat.
##!perfeksionis-2!##
Menurut Hewitt & Flett (1991) perfeksionisme terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
##!perfeksionis-21!##
1) Self-Oriented Perfectionism
Jenis Perfeksionisme ini memiliki yaitu standar yang tinggi dan tidak realistik untuk dirinya sendiri. Perfeksionis termotivasi untuk mencapai standar yang telah ditetapkannya dan berusaha untuk menghindari kegagalan.
##!perfeksionis-22!##
2) Other-Oriented POerfectionism.
Jenis Perfesionisme ini memiliki nilai standar yang tinggi untuk orang lain. Perfeksionis menilai orang lain berdasarkan standar pribadinya yang tidak realistis dan sulit dipenuhi oleh orang lain.
##!perfeksionis-23!##
3) Socially Prescribed Perfectionism
Jenis Perfeksionisme ini yaitu memilki kecenderungan menganggap bahwa orang lain memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya.
##!perfeksionis-3!##
Perfeksionisme sering kali merupakan perilaku yang dipelajari. Orang dengan perfeksionisme percaya bahwa mereka berharga hanya karena apa yang mereka capai atau lakukan untuk orang lain. Banyak faktor yang dapat memengaruhi bagaimana perfeksionisme tumbuh dan berkembang dalam diri individu. Beberapa diantaranya adalah:
##!perfeksionis-4!##
##!perfeksionis-41!##
1) Dampak Positif
##!perfeksionis-42!##
2) Dampak Negatif
##!perfeksionis-5!##
Perfeksionisme adalah ciri kepribadian yang bisa berbahaya jika dialami secara ekstrem. Meskipun tidak dianggap sebagai penyakit mental, kepribadian perfeksionisme merupakan faktor umum dalam banyak gangguan mental, terutama yang didasarkan pada pikiran dan perilaku kompulsif, seperti gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD; Obsessive Compulsive Disorder) dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (OCPD).
##!perfeksionis-6!##
Jika kamu merasa sifat perfeksionis yang kamu miliki membuat dirimu tertekan setiap hari, ketahuilah bahwa perilaku dan kebiasaan perfeksionis dapat diubah dengan:
##!perfeksionis-7!##
Psikoterapi yang umumnya dilakukan untuk seseorang perfeksinis; antara lain adalah sbb :
##!perfeksionis-71!##
1) Terapi Perilaku Kognitif (CBT).
Jenis terapi ini menunjukkan kepada perfeksionis bahwa kesempurnaan tidak diperlukan dalam segala hal yang mereka lakukan. Terapi akan mengajarkan orang perfeksionis bahwa kesalahan dapat diterima dan tidak boleh menghentikan mereka dari mengejar apa yang mereka inginkan.
##!perfeksionis-72!##
2) Hipnoterapi.
Hipnoterapi membantu mengelola mentalitas "semua atau tidak sama sekali" yang secara umum ditemukan pada kebanyakan orang yang perfeksionis.
##!perfeksionis-73!##
3) Terapi Sistem keluarga.
Terapi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perfeksionisme muncul dalam unit keluarga dan bagaimana pengaruhnya terhadap subjek sebagai individu.
Referensi:
Baca Juga :