Logo Insan-Q
  • Pencarian
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Insan-Q
    • Sejarah
    • Visi & Misi
    • Profil Psikolog
    • Kode Etik Psikologi Indonesia
    • Download Company Profile
    • Buku Tamu Kehadiran
    • TOS & Privacy Policy
    • Sitemap
  • Layanan
    • Konseling
    • Konseling Online
    • Asesmen Psikologi
    • Psikotest Online
    • Employee Assistance Program
    • Psikoterapi
    • Seminar & Training
    • Online Seminar & Training
    • Paket Layanan
    • Sarana & Fasilitas
  • Media
    • Berita
    • Artikel
    • Channel Video
    • Galeri Foto
    • Buku & Cetakan
    • Pelanggan & Mitra
  • Kontak
  • Registrasi

11 November 2020

Sering Melamun? Baca Ini, Maladaptive Daydreaming

Sering Melamun?  Baca Ini, Maladaptive Daydreaming

Ada beberapa momen dalam keseharian kita yang dihabiskan dengan melamun. Melamun dapat secara sadar maupun tidak sadar kita lakukan. Satu hal yang pasti kita rasakan saat melamun, yaitu kita seolah berada di tempat berbeda, dan tentunya itu merupakan sesuatu yang ada di pikiran kita.

Beberapa orang memiliki kecenderungan jarang melamun dan mudah tersadar dari lamunannya tersebut apabila melamun. Namun, terdapat beberapa orang yang justru sulit untuk terlepas dari lamunannya. Kondisi ini ternyata patut dihindari oleh setiap individu secara psikologis. Apakah anda termasuk sering melamun? Ini penjelasannya!

1) Sekilas Tentang Maladaptive Daydreaming

Dalam istilah psikologis, gejala sering melamun dikenal dengan maladaptive daydreaming. Ciri khas dari gejala ini adalah penderita yang memiliki kecenderungan melamun dalam waktu lama, bahkan hingga berjam-jam, sehingga mengabaikan tanggung jawabnya di dunia nyata.

Menurut ahli kejiwaan, maladaptive daydreaming tidak dikategorikan sebagai gangguan mental, tetapi perlu diberi pendampingan untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Gejala ini berbeda dengan skizofrenia, dimana penderita skizofrenia tidak bisa membedakan antara dunia nyata dan khayalan, sementara maladaptive daydreaming masih bisa membedakan.

2) Penyebab

Menurut sejumlah ahli kejiwaan, belum cukup riset atau belum diketahui penyebab pasti dari gejala maladaptive daydreaming. Hampir keseluruhan menyatakan bahwa gejala ini merupakan dampak langsung dari trauma masa lalu.

Trauma tersebut membuat penderita merasa lelah atau tidak puas atas kehidupannya di dunia nyata, sehingga lebih memilih untuk kabur dari kenyataan dan terjebak di khayalan sendiri. Hal itu juga membuat penderita menjauh dari interaksi sosial dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melamun.

3) Gejala

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, gejala umum maladaptive daydreaming adalah melamun dalam jangka waktu lama secara sadar. Lebih luas, gejala maladaptive daydreaming dapat diidentifikasi sebagai berikut.

  1. Berkhayal dalam waktu yang lama karena antara objek khayalan dan penderita memiliki keterikatan kuat secara batin.
  2. Sangat menghayati lirik suatu musik (misalnya ballad).
  3. Kerap mengabaikan kegiatan penting seperti makan, minum, mandi, tidur, dan lainnya hanya untuk melamun.
  4. Dapat mengekpresikan emosi terhadap objek lamunan dengan sangat baik, seperti sedih, tertawa, marah, dan lain sebagainya.
  5. Melakukan gerakan tubuh secara berulang tanpa sadar, seperti menari, menggigit kuku, memukul meja, dan lain sebagainya.
  6. Mengalami gangguan tidur atau insomnia (berkaitan dengan poin 3).
  7. Sering berbicara sendiri, sehingga akan merasa malu ketika dipergoki orang lain saat bicara sendiri.

4) Cara Mengatasi

Berdasarkan gejala tersebut, para ahli kejiwaan menyatakan maladaptive daydreaming atau melamun secara berlebihan dapat beresiko menimbulkan sejumlah gangguan mental, seperti depresi, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan obsesif-kompulsif (OCD).  

Terkait tindakan pencegahan atau penanggulangan, tidak ada obat khusus atau pasti untuk maladaptive daydreaming. Namun, anda dapat melakukan tindakan-tindakan preventif sebagai berikut:

  1. Terbuka terhadap permasalahan batin yang anda alami, terutama kepada orang tua, kerabat, dan sahabat.
  2. Kenali penyebab maladaptive daydreaming anda.
  3. Memperkuat dorongan diri sendiri untuk tidak berfokus pada khayalan.
  4. Beri perhatian lebih pada apa yang anda kerjakan, sehingga otak akan lebih banyak fokus pada hal tersebut dibanding memproses khayalan.
  5. Hubungi psikiater atau terapis.

Sudah paham dengan maladaptive daydreaming? Diharapkan kedepan anda tidak akan membiasakan melamun lagi dan menghadapi apa yang anda terima dalam hidup dengan baik. Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh : Riza

Referensi

Harismi, Asni. (2020, April 6). Maladaptive Daydreaming, Ketika Seseorang Kecanduan Melamun. Diakses pada 10 November 2020. https://www.sehatq.com/artikel/maladaptive-daydreaming-ketika-seseorang-kecanduan-melamun.

Maharani, Ayu. (2020, April 10). Kecanduan Melamun, Hati-Hati anda Terkena Maladaptive Daydreaming. Diakses pada 10 November 2020. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3638382/kecanduan-melamun-hati-hati-anda-kena-maladaptive-daydreaming.

Savitra, Khanza. (2017, September 26). Gejala Maladaptive Daydreaming – Cara Mengatasi. Diakses pada 10 November 2020. https://dosenpsikologi.com/gejala-maladaptive-daydreaming.


Baca Juga :

  1. Pentingnya Orang Tua Meluangkan Waktu bagi Anak
  2. Manfaat Memiliki Hewan Peliharaan

Artikel Lain

Mengenal tentang Strategi Coping dalam Mengatasi Stress

24 Mei 2022

Mengenal tentang Strategi Coping dalam Mengatasi Stress
Psikoterapi, Pengertian dan Perbedaannya dg Konseling

10 Mei 2022

Psikoterapi, Pengertian dan Perbedaannya dg Konseling
Mengenal tentang Psychological First Aid (PFA)

09 Mei 2022

Mengenal tentang Psychological First Aid (PFA)
Logo Insan-Q

Insan-Q
Ruko Bonakarta Blok A No 30, Cilegon, Banten 42414

+62 254 386720
+62 821-2448-8437
+62 878-7135-3987

© 2020 Insan-Q