22 Desember 2022
Daftar Isi :
##!dependent-personality-disorder-1!##
Dependent Personality Disorder (DPD) atau Gangguan Kepribadian Dependen adalah salah satu gangguan kepribadian yang paling sering didiagnosis. Gangguan Kepribadian Dependen menyebabkan perasaan tidak berdaya, kebutuhan untuk diperhatikan dan untuk kepastian terus-menerus, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasihat dan kepastian yang berlebihan dari orang lain atau dukungan pihak lain.
Kepribadian merupakan cara berpikir, merasakan, dan berperilakunya seseorang. Gangguan kepribadian memengaruhi cara orang berpikir atau bertindak, membuat mereka berperilaku berbeda dari waktu ke waktu. Dependent Personality Disorder (DPD) adalah salah satu dari 10 jenis gangguan kepribadian. Dependent Personality Disorder (DPD) biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau pada saat menginjak usia 29 tahun. Gangguan kepribadian ini terjadi sama pada pria dan wanita dan biasanya terlihat pada masa dewasa muda atau setelahnya sebagai bentuk hubungan dewasa yang penting.
Penderita Dependent Personality Disorder (DPD) memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk meminta orang lain mendukung mereka dalam hal kebutuhan emosional atau fisiknya. Orang dengan DPD mungkin mempercayai bahwa mereka tidak dapat menjaga diri mereka sendiri, kesulitan dalam membuat keputusan sehari-hari, misalnya : baju apa yang akan dikenakan, tanpa masukan dari orang lain.
##!dependent-personality-disorder-2!##
Penderita Dependent Personality Disorder (DPD) menjadi terlalu sangat tergantung secara emosional pada orang lain dan selalu berusaha keras untuk menyenangkan orang lain. Orang dengan DPD cenderung menunjukkan perilaku membutuhkan, pasif, dan ketergantungan, serta takut akan perpisahan.
Beberapa gejala lainnya adalah, antara lain :
Baca Juga : ADHD atau GPPH pada Anak, Gejala, Penyebab, dan Penanganannya
##!dependent-personality-disorder-3!##
Penyebab pasti Dependent Personality Disorder (DPD) tidak diketahui, kemungkinan besar melibatkan kombinasi faktor biologis, perkembangan, temperamen, dan psikologis. Dipercaya gaya pengasuhan yang otoriter atau terlalu protektif dapat mengarah pada perkembangan sifat kepribadian yang ketergantungan pada orang lain; yang kemudian menjadi rentan terhadap gangguan ini.
Secara umum bahwa Dependent Personality Disorder (DPD) lebih mungkin terjadi pada orang dengan pengalaman hidup tertentu, antara lain adalah :
##!dependent-personality-disorder-31!##
1) Hubungan yang Kasar atau Keras.
Orang yang memiliki riwayat hubungan yang kasar dan keras memiliki risiko diagnosis Dependent Personality Disorder (DPD) yang lebih tinggi.
##!dependent-personality-disorder-32!##
2) Trauma Masa Kecil.
Jika anak-anakmengalami pelecehan (termasuk pelecehan yang bersifat verbal) atau penelantaran dapat berpotensi mengarah pada Dependent Personality Disorder. Pengalaman traumatis masa kecil dapat mempengaruhi perilaku seseorang secara signifikan saat mereka bertambah dewasa. Pengalaman traumatis, jika tidak ditangani, dapat menyebabkan orang mengalami mimpi buruk, kilas balik, dan mereka dapat mengembangkan masalah perilaku; termasuk DPD.
##!dependent-personality-disorder-33!##
3) Riwayat Keluarga.
Seseorang dengan anggota keluarga yang menderita DPD atau gangguan kecemasan lainnya mungkin lebih cenderung memiliki resiko terhadap diagnosis DPD.
##!dependent-personality-disorder-34!##
4) Perilaku Budaya, Agama atau Keluarga.
Perilaku atau praktik Budaya, Agama atau kebiasaan Keluarga tertentu yang bernuansa menekankan ketergantungan pada otoritas; dapat berpotensi berkembangnya DPD pada individu.
##!dependent-personality-disorder-4!##
Menurut DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Dependent Personality Disorder (DPD) atau Gangguan Kepribadian Dependen adalah gangguan Cluster C. Gangguan kepribadian Cluster C ditandai dengan kecemasan, pemikiran atau perilaku yang menakutkan. Mereka termasuk gangguan kepribadian menghindar, gangguan kepribadian dependen dan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Gangguan kepribadian Cluster C lainnya termasuk penghindaran dan obsesif-kompulsif. Sebagian besar, orang yang memiliki gangguan Cluster C menderita pikiran dan perilaku yang menakutkan atau cemas.
##!dependent-personality-disorder-5!##
Dependent Personality Disorder (DPD) atau Gangguan Kepribadian Dependen dapat menjalani Terapi Perilaku Kognitif (CBT) dimana berfokus pada pola berpikir maladaptif, keyakinan yang mendasari pemikiran ketergantungan, dan menyelesaikan gejala atau sifat yang merupakan karakteristik dari gangguan tersebut—seperti ketidakmampuan untuk membuat keputusan hidup yang penting atau ketidakmampuan untuk berbagi kekuatan dalam hubungan. Perawatan tersebut membutuhkan waktu jangka panjang; dimana mengajarkan cara cara baru untuk menangani situasi sulit.
Dengan psikoterapi dan CBT, maka penderita akan dibimbing untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Sehingga akan bekerja untuk menjadi lebih aktif dan mandiri. Selain itu juga akan dibahas tentang cara menemukan hubungan yang lebih positif. Hubungan yang positif dan bermakna dapat membangun rasa percaya diri dan membantu dalam mengatasi beberapa gejala DPD.
Referensi :
Baca Juga :