
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel yang menghasilkan peningkatan ukuran berat seluruh atau sebagian sel (Wong, 2008). Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah, atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Daftar Isi :
1. Perkembangan Motorik Kasar
2. Perkembangan Motorik Halus
3. Perkembangan Bahasa
4. Perkembangan perilaku social/adaptasi social
5. Perkembangan Kognitif
6. Perkembangan Psikoseksual Anak
7. Perkembangan Psikososial Anak
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat dikur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (sentimeter, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan pada fase awal biasanya meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan fase selanjutnya dan jika mengalami kekurangan pada salah satu aspek maka akan mempengaruhi perkembangan pada aspek lainnya (Chamidah, 2009).
1. Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak. Keterampilan motorik kasar ditunjukkan dengan kemampuan anak untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, menuruni tangga dengan kaki bergantian, serta anak mengembangkan kemampuan olahraga, seperti meluncur dan berenang.
2. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus merupakan keterampilan fisik yang melibatkan aktivitas otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat. Motorik halus dimulai saat anak memiliki kemampuan untuk menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian atau suatu bentuk memilih garis yang lebih panjang, melambaikan tangan, menjepit benda, mengancingkan baju sendiri, dan lainnya.
3. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa diawali saat anak mampu menyebutkan kurang lebih empat gambar, kemudian menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang yang merupakan anggota keluarga terdekat.
4. Perkembangan perilaku social/adaptasi social
Perkembangan perilaku sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dimulai saat anak dapat bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuhnya, mampu mengenali anggota keluarga.
Dalam ilmu psikologi, penjelasan mengenai perkembangan anak usia prasekolah dapat ditinjau berdasarkan beberapa pendekatan teori perkembangan, yaitu kognitif, psikoseksual anak, dan psikososial anak. Berikut penjelasan lebih rincinya :
5. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan-perubahan yang terkait dengan usia yang terjadi dalam aktivitas mental. Piaget juga menyebutkan bahwa kesuksesan perkembangan kognitif mengikuti proses yang urutannya melewati empat fase, yaitu fase sesorimotorik (0-2 tahun), fase praoperasional (2-7 tahun), fase operasional (7-11 tahun), dan fase operasional formal (>11 tahun) (Wong, 2008).
Anak prasekolah berada pada tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) dengan perkembangan kemampuan sebagai berikut anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik. Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik dalam berpikir dan berperilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh kepada orangtua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan menoleransinya, tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
6. Perkembangan Psikoseksual Anak
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh Sigmun Freud. Istilah psikoseksual digunakan untuk menjelaskan segala kesenangan seksual. Selama masa kanak-kanak, bagian tubuh tertentu memiliki beberapa makna psikologis yang menonjol sebagai sumber kesenangan baru dan konflik baru yang terjadi secara bertahap bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya sesuai dengan tahapan perkembangan tertentu.
Pada anak prasekolah, dirinya sedang masuk pada tahap oedipal/phalik yang terjadi pada usia 3-6 tahun. Dalam tahapan ini, genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif. Anak mulai mengetahui adanya perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu mengenai perbedaan tersebut (Wong, 2008). Hal ini dianalogikan dalam teori Freud di mana anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya demikian sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya (Hidayat, Aziz Alimul, 2005). Pada tahap ini, anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orangtua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa yang ada di sekitarnya (Nursalam dkk., 2005).
7. Perkembangan Psikososial Anak
Teori perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh Erikson, mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam teori perkembangan psikososial, anak prasekolah masuk ke dalam tahap perkembangan inisiatif versus bersalah (initiative vs guilty).
Pada tahapan ini, anak mulai mencari pengalaman baru secara aktif. Saat anak mendapatkan dukungan dari orangtuanya untuk mengeksplorasikan keingintahuannya, maka anak akan mengambil inisiatif untuk melakukan suatu tindakan. Akan tetapi, apabila anak mendapatkan larangan atau dicegah oleh orangtuanya, maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak tersebut.
Anak usia prasekolah sedang berada pada tahap prakonvensional, yang mana seorang anak sedang terorientasi secara budaya dengan label baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Jadi, jika ia melakukan suatu hal dan mendapatkan pujian, maka anak akan melabelkan hal tersebut sebagai perilaku baik. Akan tetapi, jika anak melakukan suatu hal/perbuatan dan setelah ini anak mendapatkan hukuman, maka ia akan melabelkan perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang buruk.
Referensi :
- Chamidah, A.N. (2009). “Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak”. Jurnal Pendidikan Khusus. 5(2).
- Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Penulis : Dra. Sugiarti, M.Kes., Psikolog
Baca Juga :