
Dampak yang dialami dari work-family conflict pada diri individu adalah munculnya gejala-gejala depresi, menurunnya kualitas hidup yang dimiliki dan banyak lainnya.
1. Pengertian
Work-Fammily Conflict atau konflik pekerjaan dan keluarga adalah konflik peran yang terjadi pada karyawan atau pekerja, dimana pada satu sisi harus melakukan pekerjaan di tempat kerja dan di sisi yang lainnya harus memperhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan.
Perusahan atau organisasi dan individu harus memahami dampak dari konflik pekerjaan-keluarga. Secara umum bahwa konflik pekerjaan-keluarga telah dikaitkan dengan peningkatan kelelahan kerja, stres kerja, penurunan kesehatan, dan masalah yang berkaitan dengan komitmen karyawan dalam organisasi dan kinerja karyawan.
2. Jenis Work- Familiy Conflict
Konflik karena Waktu; yaitu konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya, meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Konflik karena Tekanan; yaitu mengacu kepada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang dihasilkan oleh salah satu peran membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan perannya yang lain; misalnya : stress karena beban pekerjaan mengakibatkan tidak dapat memenuhi peran dalam urusan keluarga.
Konflik karena Perilaku; yaitu konflik yang muncul ketika pengharapan dari suatu perilaku tertentu pada satu peran yang berbeda dengan pengharapan dari perilaku peran lainnya. Misalnya didalam pekerjaan dituntut perilaku yang selalu prosedur, praktis dan cepat; sebaliknya dalam rumah tangga tidak dapat diperlakukan seperti itu sementara ada beberapa momen irisan.
3. Penyebab
Work-family conflict (konflik pekerjaan dan keluarga) merupakan bentuk konflik peran dimana tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat diseimbangkan oleh individu dalam beberapa hal.
Hal ini umumnya terjadi pada saat individu yang berupaya memenuhi tuntutan peran dalam pekerjaan yang dipengaruhi oleh kemampuannya untuk memenuhi tuntutan keluarganya, atau sebaliknya, dimana pemenuhan tuntutan peran dalam keluarga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memenuhi tuntutan pekerjaan.
Ketegangan atau keadaan emosional lelah yang diakibatkan oleh salah satu peran (misalnya beban kerja terlalu tinggi); dapat membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan perannya yang lain, maka akibatnya terjadi konflik.
4. Dampak
Banyak dampak yang dapat dihasilkan dari work-family conflict. Dampak ini dapat dilihat dari tiga aspek, yang pertama individu itu sendiri, keluarganya, dan pekerjaannya. Kelelahan emosional pada dasarnya adalah kelelahan dalam diri seseorang emosi. Seseorang yang mengalami kelelahan emosional biasanya akan merasa lelah secara psikologis. Kinerja adalah prestasi kerja seseorang yang sebenarnya.
Dampak yang terjadi pada keluarga adalah permasalahan-permasalahan pada hubungan pernikahan, seperti permasalahan pekerjaan rumah tangga, peran penjaga anak yang jika ditangani dengan baik dapat berujung perceraian.
Terakhir adalah dampak yang terjadi dalam lingkup pekerjaan, seperti tingkat turnover yang tinggi, permasalahan integritas dan lain sebagainya. Dampak terhadap pekerjaan yang signifikan adalah terhadap kinerja individu yang berkaitan dengan kinerja dan target perusahaan. Dalam hal ini perusahaan akan menelusurinya dan akhirnya berdamnpak terhadap karir individu atau bahkan mungkin pemberhentian ikatan.
5. Penanggulangan
1) Strategi Coping;
Bagi individu untuk mengurangi stress akibat tekanan work-family conflict dan dilakukan dengan menjalankan startegi coping; misalnya dengan teknik Emotion Focused Coping. Emotion Focused Coping; di mana individu lebih menekankan pada usaha menurunkan emosi negatif yang dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan. Strategi coping yang berfokus pada emosi menangani kebutuhan emosional individu dan berpusat di sekitar kenyamanan atau hiburan serta rekreasi psikis.
2) Menetapkan Asisten;
Baik di keluarga atau rumah tangga ditunjuk asisten rumah tangga, ataupun juga di kantor (tempat kerja) ditunjuk misalnya driver yang merangkap membantu urusan keluarga, namun tentunya hal ini membutuhkan alokasi finasial tertentu.
3) Komunikasi;
Komunikasikan dengan pihak anggota keluarga dan juga pihak manajemen di tempat kerja, sehingga akan diperoleh pendekatan solusi dari kedua sisi. Misalnya : anggota keluarga dapat memahami jika sedang dalam urusan pekerjaan, pihak manajemen tepat kerja memberikan kebijakan dalam urusan keluarga tertentu.
4) Keterlibatan dalam Kebijakan SDM;
Pihak Manajemen Perusahaan hendaknya lebih meningkatkan keterlibatan karyawan dalam organisasi dengan menciptakan sistem yang memungkinkan karyawan memberikan umpan balik setiap kebijakan terkait SDM yang diberlakukan di perusahaan (misalnya : pengaturan pengambilan hak cuti, dll). Selama beberapa tahun terakhir dikenal adanya Serikat Karyawan P:erusahaan; sebagai wakil dari karyawan dapat menjadi mediasi (penengah) dalam kebijakan tersebut.
5) Layanan Psikogi dan Konseling;
Pihak Manajemen Perusahaan hendaknya perlu mengoptimalkan layanan psikologis dan konseling atau Program EAP (Employee Assistance PRogram) dengan memberikan lebih banyak program intervensi tentang cara menangani konflik antara pekerjaan dan domain keluarga. Ini adalah langkah yang bijaksana untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis karyawan dan keluarga.
Referensi :
- dspace.uii.ac.id/
- Universitas Ciputra; Center for Marriage and Family; Apa yang Menyebabkan Work-Family Conflict?
- repository.iainpare.ac.id
- Sumber lainnya
Baca Juga :
