21 Pebruari 2023
Daftar Isi:
##!1!##
Manusia tidak lepas dari berduka, suatu saat akan mengalaminya; baik secara langsung maupun khabar duka kerabat atau kenalan, dll. Berduka ada tahapannya; ada yang mengenal 5 tahapan dan ada yang lainnya; yaitu 7 tahapan.
Istilah mengenai 7 tahapan duka (berduka) atau "7 stage of grief" memang belakangan ini sering dijumpai di media sosial, tak jarang pula istilah tersebut muncul dalam bentuk guyonan ataupun candaan yang memancing tawa. Namun, setelah diperhatikan meskipun berjudul 7 tahapan duka, bahasan mengenai tahapan yang lebih sering kita temui hanya memiliki 5 tahapan: denial, anger, bargaining, depression, dan acceptance. Lantas, apa saja sih 7 tahapan duka dan mengapa sering kali hanya disebutkan dalam 5 tahapan?
##!2!##
Teori mengenai tahapan duka dan 7 tahapan duka diusulkan oleh psikiater Elisabeth Kubler-Ross. Teori mengenai 5 tahapan duka diusulkan lebih dulu pada tahun 1969 dalam buku “On Death and Dying”. Pada saat itu Kubler-Ross Menyusun teorinya dengan mempelajari perilaku pasien yang menderita penyakit terminal. Berdasarkan pengamatan tersebut, Kubler-Ross mengusulkan teori 5 tahapan duka sebagai berikut:
##!21!##
1) Denial (Penyangkalan)
Tahapan pertama dalam duka menurut teori ini adalah penyangkalan. Pada tahapan ini, individu yang berduka merasa tidak percaya atau menolak realitas dari keadaan yang menyebabkan duka. Individu yang berada pada tahapan penyangkalan sulit menerima keadaan yang terjadi dan seringkali merasa shock atau kebas. Penyangkalan biasanya dapat menjadi mekanisme koping atau pertahanan sehingga mereka dapat memproses dukanya pada laju yang mereka butuhkan.
##!22!##
2) Anger (Kemarahan)
Setelah mengalami denial, individu yang berduka mungkin merasa marah atau frustrasi terhadap kondisi yang mereka alami. Kemarahan ini dapat diarahkan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Individu yang sedang mengalami kemarahan juga tidak jarang menyalahkan diri sendiri atau orang lain yang dirasa menyebabkan kejadian penyebab duka. Kemarahan bisa menjadi respons alami terhadap rasa sakit dan kesedihan karena kesedihan, tetapi penting bagi individu untuk menemukan cara yang sehat untuk mengungkapkan dan mengelola perasaan ini.
##!23!##
3) Bargaining (Negosiasi)
Tahapan ketiga dari duka adalah negosiasi. mungkin mencoba untuk bernegosiasi atau membuat kesepakatan dengan tuhan atau dengan alam semesta dalam upaya membalikkan atau membatalkan kejadian yang terjadi. Pada tahapan ini, individu yang mengalami duka biasanya memikirkan skenario-skenario yang mungkin dapat mencegah kejadian penyebab duka. Oleh karena itu tahap ini mungkin melibatkan rasa bersalah atau penyesalan, karena individu mungkin merasa bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang berbeda untuk mencegah kerugian tersebut.
##!24!##
4) Depression (Depresi)
Tahapan keempat adalah depresi, Individu yang mengalami duka mungkin merasakan perasaan sedih, kesepian, atau putus asa yang mendalam. Tahap ini bisa sangat sulit, karena individu mungkin merasa terjebak dalam kesedihan mereka dan mungkin berjuang untuk melihat jalan ke depan. perlu diperhatikan bahwa tahapan depresi bukan berati individu yang berduka terdiagnosis dengan depresi.
##!25!##
5) Acceptance (Penerimaan)
Pada tahap ini, individu secara bertahap menerima kenyataan keadaan duka dan mulai menemukan cara untuk maju. Meskipun dinamai tahap penerimaan, bukan berarti bahwa rasa sakit atau sedih dari proses duka sudah hilang, melainkan bahwa individu telah menemukan cara penerimaan diri untuk mengintegrasikan rasa kehilangan ke dalam hidup mereka dan untuk menemukan makna dan tujuan dalam perjalanan mereka selanjutnya.
Dr. Kubler-Ross kemudian menyesali kesalahpahaman dan miskonsepsi yang timbul oleh teorinya. Dan bersama dengan psikolog David Kessler, ia pun melakukan revisi terhadap teorinya dengan menambahkan 2 tahapan pada buku “On Grief and Griefing” pada tahun 2005. Perbedaan utama pada teori 7 tahapan adalah pemisahan tahap shock dan denial, serta tahap guilt.
Oleh karena itu, wajar saja apabila sering terjadi miskonsepsi antara 7 tahapan duka dengan tahapan duka. Hal ini disebabkan kedua teori tersebut diusulkan oleh orang yang sama dan memiliki tahapan yang sama pula.
Baca Juga : Mengenal 5 Besar Sifat-sifat Kepribadian - The Big Five Personality Traits
##!3!##
7 tahapan duka umumnya dianggap sebagai perluasan dari 5 tahapan duka dengan tambahan tahap shock dan denial serta tahap rasa bersalah. Kedua model ini sebenarnya dibuat untuk membantu dalam memahami proses emosional berduka. Berikut adalah penjelasan mengenai 7 tahapan duka.
##!31!##
1) Shock and Disbelief (Shock dan ketidakpercayaan)
Seperti pada teori 5 tahapan duka, tahap pertama melibatkan perasaan mati rasa, tidak percaya, atau terputus dari kenyataan yang terjadi. Tahap ini dicirikan dengan rasa kaget atau perasaan kewalahan terhadap kenyataan duka.
##!32!##
2) Denial (Penyangkalan)
Tahap kedua melibatkan upaya menyangkal realitas kehilangan atau meminimalkan signifikansi dari kenyataan yang terjadi. Seperti pada teori 5 tahapan duka, penyangkalan bisa menjadi cara untuk melindungi diri dari emosi kesedihan yang menyakitkan.
##!33!##
3) Bargaining (Negosiasi)
Tahap ketiga melibatkan upaya untuk membuat negosiasi atau tawar-menawar untuk mencoba mengubah situasi. Tahap ini dapat ditandai dengan rasa tidak berdaya dan keinginan untuk mendapatkan kembali kendali.
##!34!##
4) Guilt (Rasa Bersalah)
Pada teori 7 tahapan duka, rasa bersalah dibedakan dari tahap negosiasi. Tahap keempat ini melibatkan perasaan bersalah atau penyesalan, seringkali terkait dengan masalah atau penyesalan yang belum terselesaikan. Tahap ini mungkin melibatkan rasa tanggung jawab atas kenyataan penyebab duka yang terjadi atau rasa bersalah.
##!35!##
5) Anger (Kemarahan)
Tahap kelima melibatkan perasaan marah, frustrasi, dan bahkan kebencian terhadap orang lain atau situasi. Seperti pada teori 5 tahapan duka, kemarahan bisa menjadi cara untuk mengungkapkan rasa sakit karena kesedihan dan bisa menjadi respons alami terhadap kehilangan.
##!36!##
6) Depression (Depresi)
Seperti pada teori 5 tahap duka, tahap depresi melibatkan perasaan sedih, kesepian, dan putus asa. Tahap ini bisa sangat sulit dan mungkin melibatkan rasa putus asa atau perasaan terjebak dalam proses berduka.
##!37!##
7) Acceptance (Penerimaan)
Tahapan terakhir duka melibatkan rasa penerimaan secara bertahap atas kehilangan dan duka yang terjadi serta penyesuaian terhadap realitas baru. Tahap ini mungkin melibatkan menemukan makna dan tujuan dalam melanjutkan perjalanan hidup dan mungkin melibatkan rasa damai atau penutupan.
##!4!##
Meskipun teori 7 tahapan duka adalah salah satu teori yang paling terkenal berkenan perilaku manusia dalam memproses duka, Penting untuk dicatat bahwa lima tahap kesedihan bukanlah model teori yang bisa diaplikasikan untuk Semua orang. Perlu diingat kembali bahwa model penelitian terhadap tahapan duka yang diusulkan oleh dr. Kubler-Ross hanya dilakukan pada pasien yang memiliki penyakit terminal.
Dalam hal ini biasanya subjek penelitian mengalami rasa duka terhadap kematian diri sendiri yang tidak dapat dihindari. Pasien dengan penyakit terminal juga biasanya menerima berita buruk dalam tahapan, misalnya diagnosa awal dan diagnosa berikutnya seperti stadium lanjutkan.
Oleh karena itu, penelitian dr. Kubler-Ross mendapat hasil yang memberikan impresi bahwa duka memiliki proses tahapan yang linear. Padahal, proses dan rasa duka yang terjadi tentunya berbeda apabila subjek amatan adalah keluarga dekat, ataupun individu dengan hubungan lainya.
Oleh karena itu, perlu diingat kembali bahwa duka adalah proses yang kompleks dan sangat pribadi, dan individu harus dibiarkan berduka dengan caranya sendiri dan dengan kecepatannya sendiri. Mencari dukungan dari orang yang dicintai, terapis, atau kelompok pendukung dapat membantu dalam melewati proses kesedihan dan menemukan jalan ke depan.
(Ditulis oleh: Rhaka)
Referensi:
Baca Juga: